News

Sejarah Bursa Efek di Indonesia

Perdagangan saham adalah pilar utama dalam Pasar Modal. Bursa saham (stock exchange) memiliki sejarah yang panjang dan pertama kali dibuka transaksi perdagangan saham di Amsterdam pada tahun 1611. Kala itu, bursa saham diberi nama “Beurs” dan hanya digunakan untuk bertransaksi saham VOC (Dutch East Indies).

Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Produktivitas Kerja dan Bisnis

Kini, bursa saham telah memperdagangkan banyak perusahaan publik di seluruh dunia. Tak terkecuali juga di Indonesia yang mana bursa saham saat ini adalah gabungan Jakarta Stock Exchange dengan Surabaya Stock Exchange sehingga melahirkan Indonesia Stock Exchange (IDX).

Bagaimana linimasa dan rincian sejarah bursa saham di Indonesia?

Sejarah Bursa Saham di Indonesia

Kolonial Belanda kala itu mendirikan bursa saham atau pasar modal pertama di Indonesia bernama “Beurs voor Effecten” pada tahun 1912. Bursa saham tersebut berbasis di Batavia (kini Jakarta). Namun, karena terjadi konflik Perang Dunia 1, bursa saham tersebut akhirnya harus ditutup pada tahun 1917.

Baca juga: 5 Alasan Utama Kenapa Banyak Orang Gagal Bisnis Online

Pada tahun 1920an, yakni linimasa setelah perang, pemerintahan Belanda sebetulnya berusaha merestorasi bursa saham di Indonesia. Namun, karena fenomena The Great Depression, upaya tersebut berujung pada kegagalan. Bursa saham kemudian berusaha dibangkitkan kembali pada tahun 1970an.

Barulah di tahun 1977, lahir Jakarta Stock Exchange untuk mengakomodasi perdagangan saham di Indonesia. Jakarta Stock Exchange baru mulai beroperasi pada tahun 1978 dan berfokus menjual saham dari perusahaan BUMN dan perusahaan multinasional yang bergerak di berbagai macam bidang industri.

Tapi, bursa efek atau bursa saham tidak hanya Jakarta Stock Exchange saja. Di tahun 1989 muncul Bursa Efek Surabaya atau Surabaya Stock Exchange untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan di daerah timur Indonesia. Surabaya Stock Exchange telah berhasil listing beberapa perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, energi, dan lain-lainnya.

Baca juga: Persyaratan yang Harus Dipenuhi Sebelum Melantai ke Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi berskala besar yang berdampak sangat signifikan terhadap kinerja para perseroan yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange dan juga Surabaya Stock Exchange hingga beberapa di antaranya mengajukan bangkrut dan restrukturisasi utang. Pada akhirnya, nilai kapitalisasi pasar juga menurun cukup drastis, jumlah investor berkurang, dan kepercayaan investor terhadap pasar modal juga berkurang.

Pasar modal mengalami penurunan cukup parah dan butuh waktu hingga beberapa tahun sebelum bursa saham “benar-benar” pulih.

Setelah pertimbangan yang matang, Surabaya Stock Exchange memutuskan untuk merger dengan Jakarta Stock Exchange untuk membentuk Indonesia Stock Exchange (IDX), dan menjadi salah satu bursa saham terbesar di Asia Tenggara.

Merger ini bukan tanpa sebab melainkan Surabaya Stock Exchange mempunyai likuiditas yang kecil dan volume transaksi yang lebih rendah dibandingkan Jakarta Stock Exchange, selain itu untuk mempermudah transaksi bagi para investor juga akhirnya muncul gagasan untuk membentuk kesatuan bursa saham yang bisa memfasilitasi seluruh investor dan juga mengakomodasi seluruh perusahaan yang ada di Indonesia, bursa saham itu yang kini dikenal sebagai Indonesia Stock Exchange (IDX).

Baca juga: Apa Saja Tugas dan Tanggung Jawab CEO di Perusahaan?

Kiprah Indonesia Stock Exchange (IDX)

Indonesia Stock Exchange mempunyai nilai kapitalisasi pasar lebih dari $600 miliar USD, nilai ini sebetulnya masih jauh lebih kecil dibandingkan beberapa bursa saham lainnya. Untuk di Asia Tenggara, dari rilisan akhir 2022, Indonesia masih melampaui Malaysia, Thailand, Filipina, dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan bersaing tipis dengan Bursa Saham Singapura.

Indonesia Stock Exchange saat ini memiliki 777 perusahaan terlisting. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi acuan kinerja bursa saham di Indonesia.

Saat ini, melalui banyaknya digitalisasi, mulai banyak aplikasi yang menyediakan layanan broker investasi seperti Bibit, Indopremier, dan lain-lainnya yang digunakan untuk bertransaksi jual beli saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Apalagi, saat ini sudah banyak sekali startup yang tertarik untuk melakukan penawaran saham perdana ke publik (IPO), IDX sangat mendukung karena dapat meningkatkan infrastruktur dan ekosistem investasi saham di Indonesia. Walaupun ada beberapa startup yang gagal di Indonesia, beberapa startup yang sukses hingga berhasil melantai ke bursa saham di antaranya adalah GoTo Tbk (Gojek Tokopedia) dan Buka Tbk (Bukalapak).

Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk melakukan jual beli saham? Ingat selalu untuk manajemen risiko ya, karena volatilitas pasar yang tidak bisa diprediksi, analisis dan gunakan uang kamu dengan hati-hati.