News

Contoh 8 Startup yang Gagal Merintis di Indonesia

Ternyata tidak semua bisnis akan berjalan mulus sesuai rencana, bahkan bisnis atau perusahaan besar sekalipun akan gagal pada suatu waktu jika mengambil langkah yang salah. Tidak terkecuali pada startup, apalagi dalam ekosistem startup, mayoritas bisnis startup sangat bergantung pada jumlah dana yang dihimpun startup itu sendiri dari para penyuntik dana seperti VC dan angel investor.

Startup lahir dari sebuah gagasan atau ide untuk membantu kehidupan banyak orang dan dengan harapan mendapatkan keuntungan dari penyelesaian masalah itu. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara sebuah startup dengan UMKM. Namun, startup sangat erat kaitannya dengan perusahaan yang mengaplikasikan teknologi dalam menyelesaikan permasalahan banyak orang dan rata-rata belum mengetahui model bisnis yang akan diterapkan atau bagaimana cara startup mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Fokus utama mereka adalah growth atau perkembangan yang ditandai dengan banyaknya jumlah investor yang masuk, tingginya customer base, dan peningkatan jumlah karyawan atau staf.

Baca juga: Dampak Positif Belanja Online untuk Pertumbuhan Ekonomi

Permasalahannya adalah model bisnis yang ditekuni oleh rata-rata startup sangat tidak berorientasi pada keuntungan atau pendapatan, sementara perusahaan membutuhkan itu untuk tetap bisa bertahan. Oleh karena itulah, konsep ekosistem kebergantungan startup pada investor membuat banyak startup tumbang termasuk di Indonesia. Rata-rata startup tumbang di Indonesia adalah karena kehabisan dana untuk mengoperasikan bisnis dan investor yang tidak lagi bisa menyuntik dana. Kesalahan langkah strategis juga bisa menjadi faktornya, pada dasarnya adalah banyak startup gagal dan bangkrut.

Bahkan menurut data dilansir dari Investopedia, 90% dari startup yang dirintis gagal pada 5 tahun pertama, hanya sedikit yang dapat bertahan. Maka dari itu kita akan lihat lebih lanjut ini dia beberapa startup yang gagal di Indonesia alias bangkrut atau gulung tikar.

Startup yang Gagal di Indonesia

Berita tentang startup sudah menjadi konsumsi tahunan masyarakat. Ada badai PHK, ada startup yang berguguran, dan ada startup baru yang muncul ke permukaan. Ini dia startup yang gagal alias bangkrut dan menutup layanannya di Indonesia.

Baca juga: 5 Alasan Utama Kenapa Banyak Orang Gagal Berbisnis Online

1. UangTeman

UangTeman adalah platform Peer-to-Peer (P2P) lending yang telah menarik perhatian banyak masyarakat Indonesia karena telah berhasil menggalang dana hingga $20 juta USD (300 miliar rupiah), namun kabarnya UangTeman mengalami kebangkrutan karena meningkatnya biaya operasional, tidak mampu membayar gaji karyawan serta pajak dan asuransinya, hingga pandemi COVID-19.

Berdasarkan warta dari bisnis, UangTeman mulai menurun semenjak gagal merealisasikan pendanaan putaran seri B pada tahun 2019, hal ini juga menandai ketidaksiapan perusahaan dalam menghadapi pandemi tahun 2020. Oleh karena itu, semenjak tahun 2020, banyak karyawan yang tidak dibayar hak-haknya seperti gaji, pph, dan asuransi. UangTeman pun masih berusaha mencari investor dan konsumen sebelum akhirnya dicabut perizinannya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2. Fabelio

Fabelio adalah sebuah startup yang bergerak di bidang industri perabot dan rumah tangga. Sayangnya, Fabelio harus menutup seluruh layanannya dan memutuskan untuk berhenti beroperasi selamanya setelah mengajukan pailit atau kebangkrutan di PN Jakarta Pusat.

Kiprah Fabelio sebagai perusahaan funrnitur tidak memiliki sejarah yang panjang. Kehadirannya di tanah air sangat singkat. Padahal kalau dilihat, Fabelio telah berhasil menggalang dana hingga $20 juta USD (300 miliar rupiah) yang dipimpin oleh 500 Startups, AppWorks, Endeavour Catalyst, dan MDI Ventures.

Bangkrutnya Fabelio diawali oleh gugatan restrukturisasi utang yang diajukan PT Harta Djaya Karya sebagai vendor Fabelio. Namun, Fabelio tetap tidak bisa memenuhi kewajiban debitur hingga dinyatakan pailit pada 6 Oktober 2022.

3. AiryRooms

AiryRooms adalah startup yang mengakomodasi hotel murah untuk masyarakat. Kehadiran Airy membuat ekosistem perhotelan semakin inklusif dengan pesaing lainnya seperti OYO dan RedDoorz. Airy dirintis oleh insinyur Traveloka dan tidak heran pula bahwa Airy sejak awal sudah menjalin hubungan kerja sama dengan Traveloka.

Namun, pandemi mengubah segalanya. Dikabarkan bahwa AiryRooms melakukan PHK terhadap 70% karyawannya pada April 2020. Airy kemudian memutuskan untuk memberhentikan seluruh layanannya pada 31 Mei 2020. Keputusan ini hanya berselang dua minggu dengan putusan penutupan selamanya startup quick commerce Stoqo.

Industri perhotelan sangat terdampak tragis akibat pandemi. Saat kebijakan PPKM, banyak sekali hotel yang terpaksa mem-PHK beberapa stafnya, bahkan ada yang menurunkan harga sangat murah hanya untuk mendapatkan pemasukan. Apalagi pada daerah pariwisata seperti di Bali, banyak hotel dan villa yang kemudian dijual oleh para ownernya. Dampak ini juga dirasakan sangat masif oleh startup Airy.

4. STOQO

Stoqo adalah startup B2B Commerce yang menyuplai bahan-bahan makanan ke restoran kecil, menengah, dan besar. Stoqo mampu memberdayakan UMKM yang bergerak di bidang kuliner selama kiprah sejarahnya sejak tahun 2017.

Tapi sayang, tidak ada yang bisa memprediksi bahwa pandemi COVID-19 akan datang dan memberikan dampak yang begitu masif. Stoqo kemudian harus memberhentikan seluruh layanannya mulai Mei tahun 2020.

Perhelatan industri makanan yang terdampak oleh COVID-19 membuat banyak restoran tumbang karena tidak mendapatkan pelanggan sama sekali akibat kebijakan PPKM. Apalagi model bisnis yang dijalankan Stoqo adalah Business-to-Business (B2B) sehingga sangat bergantung pada pertumbuhan bisnis kuliner.

5. Elevenia

Elevenia adalah situs belanja online yang sudah cukup populer di kalangan masyarakat. Namun sayang, kesuksesan Elevenia relatif hanya seumur jagung.

Bahkan diberitakan juga bahwa Elevenia diam-diam menutup seluruh layanan mereka tanpa pemberitahuan lebih lanjut melalui akun resmi media sosialnya. Hanya cuplikan website yang bisa memberitahu kita bahwa Elevenia telah resmi tutup, namun tanggal pasti tutupnya tidak dijelaskan lebih lanjut.

Padahal jika dilihat, Elevenia mempunyai backingan yang cukup kuat, perusahaan sekelas XL Axiata dan perusahaan ternama asal Korea Selatan, SK Planet. Tapi, di tengah perjalanannya, dua investor besar ini memutuskan untuk mundur dan menjual sahamnya di Indonesia. Kendali perusahaan Elevenia kemudian berpindah ke PT Jaya Kencana Mulia dan Superb Premium Pte. Ltd.

Sangat disayangkan sekali bahwa nama Elevenia mulai meredup ketika persaingan eCommerce di Indonesia semakin ketat. Elevenia kalah saing dengan raja eCommerce Tokopedia dan Shopee. Namun, Elevenia tetap tidak patah semangat dan mencoba pivoting dengan model bisnis baru yakni Business-to-Business (B2B) yang menyuplai komoditas rempah-rempah. Redaksi berita menunjukkan bahwa kiprah Elevenia resmi berakhir sejak tanggal 1 Desember 2022.

6. Beres.id

Beres.id adalah sebuah startup jasa pelayanan yang melayani segala macam keperluan rumah tangga, perkantoran, kelistrikan, dan lain sebagainya mulai dari cleaning service untuk perkantoran, instalasi listrik, jasa tukang konstruksi, dan masih banyak lagi.

Tapi sayang menurut pernyataan resmi dari CEO Beres.id, Choong Fui Yu mengatakan dalam laman resmi websitenya, “Dengan berat hati kami umumkan mulai 1 Juli 2022, Beres dan semua platform afiliasinya tidak akan beroperasi lagi.”

Inflasi yang berpekanjangan membawakan peran yang besar atas tutupnya Beres.id di Indonesia, apalagi roda perusahaan banyak yang stagnan atau bahkan berhenti, ditambah dengan meningkatnya harga komoditas yang membuat penawaran dan permintaan ikut terpengaruh.

7. Bananas

Dilansir dari katadata, Bananas baru diluncurkan pada Januari 2022., sangat menarik karena umurnya saja tidak sampai 10 bulan tapi sudah tutup. Walaupun tidak dijelaskan secara rinci alasan penutupan layanannya, memang jika dilihat industri e-grocery sangat kompetitif dan potensi perkembangannya di Indonesia sangat terbatas. Tidak heran banyak startup e-grocery yang tutup dari Brambang hingga Stoqo.

Jika kita lihat sejarahnya, ternyata Bananas merupakan peserta yang lolos akselerator Y Combinator W22. Dengan jaringan koneksi yang besar dari program tersebut, tentunya Bananas sudah berhasil menggalangkan dana walaupun kita tidak mengetahui jumlah pastinya. Karena dikatakan juga dalam laman resmi Instagramnya bahwa perpisahan ini bukan selamanya.

Kemungkinan besar, Bananas akan mencoba berinovasi untuk produk baru dan mengubah model bisnis mereka di masa depan dengan memanfaatkan uang investor yang telah diterimanya.

8. Mobile Premiere League (MPL)

Mobile Premier League adalah startup platform game dan livestreaming yang berasal dari Bengaluru, India. Setelah lama menjalankan operasinya di Indonesia, MPL memutuskan untuk hengkang dari pasar Indonesia.

Dari keterangan resminya sang CEO, Sai Srinivas dan Shubh Malhotra mengatakan bahwa ekosistem startup di India sedang melambat. Banyak dari para investor yang kini mengharapkan pertumbuhan dengan keuntungan dibandingkan dengan pertumbuhan dengan segala cara.

Sebagai upaya untuk merampingkan perusahaan dan bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit ini. MPL kemudian menutup layanannya di Indonesia dan merumahkan 10% dari total karyawannya atau sekitar 100 orang.

Itulah 8 startup yang telah gagal merintis usahanya di Indonesia, kamu bisa ketahui alasan mengapa startup gagal. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kamu semua.