Prinsip pareto adalah sebuah konsep yang digagas oleh Vilfredo Pareto, ekonom dan filsuf asal Italia yang mengobservasi bahwa 80% kekayaan yang ada di Italia dimiliki oleh 20% populasi. Prinsip ini kemudian banyak ditemukan dan diimplementasikan di ragam bidang industri mulai dari ekonomi, bisnis, pengembangan diri, dan lain-lainnya.
Prinsip pareto dalam dunia marketing bisa diartikan bahwa 80% hasil yang diinginkan berasal dari 20% output yang diberikan. Artinya, seseorang harus bisa mencari tahu kegiatan apa yang bisa menghasilkan 80% output hanya dengan memberikan effort atau kerja keras sebanyak 20% saja.
Kan cukup berbahaya apabila 80% properti di Indonesia dimiliki oleh 20% populasi, bisa-bisa hal seperti ini menyebabkan housing bubble di Indonesia.
Kelihatannya dari awal memang tidak masuk akal, tapi jika kita tahu kebenarannya, justru ini akan menjadi insight yang bagus untuk perkembangan hidup, bisnis, dan karier kamu. Contoh saja, dalam dunia bisnis, pengusaha bisa mencari tahu 20% customer yang menghasilkan lebih dari 80% pendapatan perusahaan. Hal ini bisa memaksimalkan operasional, memotong biaya yang tidak diperlukan, dan menghasilkan profit yang tinggi.
Masih belum memahaminya? Tenang, mintor kasih contoh lagi. Kali ini di dalam dunia digital marketing. Kenyataannya, sepanjang pengalaman mintor, selalu ada beberapa kampanye yang menghasilkan 80% return yang lebih besar. Kampanye tersebut adalah bagian dari 20% input, sementara profit adalah 80% output yang dihasilkan dari kampanye tersebut.
Baca juga: Apa Perbedaan Antara Direktur dan Komisaris?
Contoh yang sama datang dari dunia pengembangan diri. Dalam kehidupan kamu, akan selalu ada 20% dari aktivitas atau kebiasaan yang berkontribusi memberikan 80% kebahagiaan atau kesuksesan. Dengan hanya memfokuskan diri kita pada kebiasaan atau aktivitas tersebut, kita bisa merasa lebih bahagia dan tidak terbebani dengan aktivitas atau kebiasaan lainnya.
Prinsip pareto adalah sebuah tool terpenting dalam dunia marketing baik itu marketing konvensional maupun digital marketing. Karena dengan mengaplikasikan prinsip pareto, kita dapat mengoptimasi strategi dan memfokuskan sumber daya hanya ke 20% input tersebut, karena input tersebut menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan yang lainnya.
Baca juga: Mengenal Fenomena Psikologis Crab Mentality: Iri Terhadap Kesuksesan Orang Lain
Prinsip pareto bisa digunakan untuk kampanye promosi. Dengan mengidentifikasi 20% channel marketing apa saja yang sangat efektif untuk menghasilkan 80% konversi. Dengan demikian, kamu bisa fokus mengalokasikan budget kepada 20% channel marketing tersebut untuk menghasilkan 80% konversi.
Pengusaha atau konsultan bisnis banyak sekali yang menerapkan prinsip pareto. Implikasi prinsip pareto terletak dalam mengidentifikasi customer persona. Dengan mengidentifikasi 20% customer yang menghasilkan 80% pendapatan, kamu bisa memfokuskan target campaign atau promosi atau sumber daya bisnis lainnya kepada 20% customer tersebut. Dan dari situ juga bisa mengetahui tipe customer yang dapat menghasilkan 80% pendapatan.
Banyak di antara pengusaha atau brand manager menilai bahwa terdapat 20% komplain atau feedback yang menghasilkan 80% sentimen negatif. Dengan demikian, marketer atau brand manager dapat mengetahui kritik yang membangun untuk bisa mengembangkan produk atau jasa lebih baik lagi.
Baca juga: 5 Ide Bisnis Makanan Korea yang Menjanjikan di Indonesia 2023
Prinsip pareto dapat membantu pemasar untuk mengetahui 20% produk yang menghasilkan 80% penjualan. Misalnya, kamu memiliki perusahaan FMCG, ada banyak produk di bawah kerajaan bisnis FMCG milikmu. Tapi, kamu melihat data yang menarik, dari 10 produk berbeda yang dijual, kamu melihat bahwa produk “wafer” dan produk “sabun” menghasilkan 80% penjualan untuk perusahaan.
Dengan demikian, kamu bisa fokus untuk pengembangan produk tersebut supaya bisa lebih relevan dengan permintaan pasar atau bisa menghasilkan pendapatan yang lebih lagi.
Jadi, prinsip pareto atau hukum 80/20 memberikan kita gambaran yang luas tentang bagaimana caranya untuk bekerja dengan lebih efisien. Kita tidak perlu membuang-buang waktu pada hal lainnya, hanya perlu fokus pada 20% input yang menghasilkan 80% output.