Semakin banyaknya orang yang berbelanja secara online tentu semakin sadar akan kelebihan dan kekurangan berbelanja secara online. Walaupun online shopping menawarkan kemudahan dalam satu genggaman, satu kali klik tinggal beli, dan infrastruktur canggih yang memungkinkan kita menemukan banyak barang impian kita dengan harga yang sesuai. Tetap saja, ada kekurangan belanja online yang wajib kamu ketahui nih.
Baca juga: Mengapa Berjualan Secara Online Lebih Menguntungkan
Sebagai informasi, saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 204 juta atau lebih dari 70% total populasi berdasarkan Statista. Sehingga maraknya kontribusi belanja online tidak luput dari jumlah pengguna internet yang banyak dan semakin meleknya orang-orang akan teknologi memberikan pengaruh besar terhadap pola pergerakan konsumen. Tetap saja, walaupun ada banyak orang yang belanja online, offline store atau toko fisik secara offline masih sangat dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini tentu berkaitan dengan banyaknya kekurangan dari belanja online itu sendiri yang membuat beberapa orang lebih memilih berbelanja secara langsung.
Bagi perspektif bisnis, stigma bahwa toko fisik tidak diperlukan adalah kesalahan yang besar. Tidak sedikit pula para pengusaha yang beranggapan bahwa membuka toko fisik akan membuang waktu dan uang, lebih baik fokuskan untuk berjualan secara online. Ini adalah kesalahan besar, memang tiap industri berbeda-beda untuk rasio penetrasi eCommerce. Tapi yang pasti adalah dari segi konsumen ritel, beberapa lebih memilih untuk berbelanja secara langsung dengan mendatangi toko fisik.
Misalnya adalah toko bangunan. Konsumen ritel tentu tidak akan mau berbelanja secara online untuk kebutuhan bangunan dan rumah tangga. Kenapa? Karena ongkirnya akan sangat mahal, tahu sendiri bukan bahwa berat bahan-bahan bangunan itu sangat besar dan banyak di antaranya juga memiliki dimensi yang besar sehingga terkena berat volumetrik. Bayangkan saja membeli cat ataupun semen di toko online tentu akan memakan biaya yang lebih besar dibandingkan berbelanja secara langsung, yaitu datang ke toko bangunan.
Hal tersebut juga berlaku di industri lain seperti elektronik. Beberapa konsumen masih memilih untuk datang secara langsung ke toko fisik karena ingin melihat kualitas barang, melihat fitur-fiturnya, dan ingin memilikinya pada saat itu juga. Apalagi pada toko fisik elektronik biasanya ada produk lainnya sebagai pembanding.
Itulah sebabnya, kenapa masih ada orang yang berbelanja secara langsung ke toko fisik karena ini berkaitan erat dengan kekurangan belanja online yang membuat orang enggan melakukan transaksi elektronik.
Ada banyak kekurangan berbelanja secara online, pertama adalah kamu tidak bisa memastikan secara fisik atau bentuk langsung dari barang yang ingin kamu beli. Kalau belanja offline, kamu kan bisa tahu betul apakah produk tersebut cacat secara fisik atau fungsionalnya, ataupun apakah betnuknya sesuai dengan ekspektasi kamu. Dan prevalensi berbelanja secara online ini kebanyakan dari kalangan generasi muda, hal tersebut sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa generasi tua lebih suka berbelanja secara offline karena mereka dapat melihat langsung barangnya dan bisa langsung dibawa pulang.
Kekurangan lainnya adalah ketika kita berbelanja secara online, barang tersebut tidak langsung sampai ke tangan kita, melainkan harus dipacking oleh pihak seller dan dikirim melalui pihak ekspekdisi. Hal ini menjadi poin utama kekurangan online shopping, ketika kamu membutuhkan produknya ada di tangan kamu saat itu juga, kamu harus menunggu sekian jam (same day) atau bahkan berhari-hari (reguler).
Satu alasan terakhir kenapa belanja online tidak diperlukan adalah karena setiap produk yang dibeli akan dikenakan ongkir. Kalau kamu ingin belanja banyak barang, misalnya kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, ataupun hal lainnya. Kamu beli dengan harga Rp 260.000,- namun ternyata ongkos kirim yang dikenakan karena berat volumetrik bisa mencapai Rp 70.000,- itupun belum menghitung kerugian apabila barangnya rusak oleh pihak ekspedisi pengiriman dan lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan barang tersebut.
Sebenarnya masih banyak contoh lainnya, seperti ketika kamu ingin membeli barang yang kecil dan nominalnya pun sedikit hanya Rp 10.000 tapi ongkos kirim mewajibkan kamu membayar lebih dari setengah harga tersebut yakni Rp 6.500 (termurah di platform eCommerce).
Memang dalam beberapa eCommerce, terutama Tokopedia dan Shopee sangat sering menggelontorkan subsidi yakni berupa potongan ongkos kirim (beberapa gratis ongkir). Tapi, tentu ada syarat dan ketentuannya. Misalnya di Tokopedia kamu wajib membeli barang senilai Rp 50.000 atau di atas nominal itu untuk mendapatkan gratis ongkir, sudah gitu ada kuotanya pula (terbatas). Berlaku juga di Shopee.
Dan kekurangan belanja online terakhir adalah biaya admin. Biaya adminnya mencapai Rp 1.000, bahkan ada yang menerapkan biaya layanan hingga Rp 5.000 (ShopeeFood).
Kesimpulannya, kamu harus membayar harga produk yang sudah terkena mark-up (kenaikan harga) + biaya ongkos kirim + biaya layanan.
Mintor merasakannya sendiri, sekarang ini justru belanja online dan belanja offline hampir mirip harganya, terkadang di marketplace lebih murah, dan terkadang harganya sama atau bahkan lebih mahal dengan yang ada di toko fisik.
Maka dari itu beberapa konsumen lebih memilih untuk belanja secara offline karena kekurangan belanja online inilah yang membuat mereka enggan bertransaksi.